28 Desember 2008

Kepercayaan

Jack adalah seorang pengacara. Ketika pertama kali datang ke klinik saya, sebagai pasien, sikap dan ucapannya lebih persis disebut seorang hakim. Kapan Anda mulai mengadakan praktik kedokteran tradisinal Tiongkok? Tamatan universitas mana? Apa gelarnya? Penyakit apa yang paling Anda kuasai?


Dalam pertanyaannya yang berturut-turut itu, penuh dengan nada ketidakyakinan. Dengan tenang dan bersahaja saya menjawab satu per satu pertanyaannya. Seorang murid yang sedang praktik, yang berdiri di samping melihat pemandangan ini tak tahan bergumam, “Keterlaluan! Sampai lupa bahwa dirinya sendiri ke sini adalah untuk berobat.” Dia melihat saya masih dengan tenangnya tiada reaksi apa pun, wajahnya tertekan lebih merah lagi. Saya melihatnya memegang alkohol dan gumpalan kapas, di satu sisi seolah-olah sedang berusaha mencari beberapa jarum akupunktur yang diameternya lebih besar untuk digunakan pada tubuhnya.


Ketika saya mulai menanyakan asal mula penyakit Jack, dia mengatakan bahwa telapak kakinya sakit, sudah lama tidak bisa berjalan, berolahraga dan berlatih. Begitu berdiri, telapak kakinya sakit bagaikan ditusuk ribuan jarum. Ia telah pergi ke sejumlah besar rumah sakit, mencoba berbagai macam terapi pengobatan, namun tidak ada efeknya. Oleh karena itu, mencari saya untuk mencoba akupunktur pengobatan Tiongkok. Menurut cara pengobatan pada umumnya, saya mengobati telapak kakinya yang sakit. Ketika akan pergi, dengan ramah dan sopan dia mengatakan: “Jika kaki ini tidak sakit lagi, setelah satu minggu, saya akan mengirim biaya pengobatannya.”


Saya menganggukkan kepala tanda setuju. Pada saat itu, murid yang sedang praktik tak tahan lalu bicara: “Di sini bukan barang hasil pabrik, setelah dicoba dan bagus langsung bayar, jika tidak bagus kembalikan!”


Setelah itu, tidak ada lagi berita yang berhubungan dengan telapak kaki itu. Satu setengah tahun kemudian, Jack datang lagi ke tempat klinikku, kali ini ia menderita penyakit disentri, disentri ini bisa datang semaunya, semenit pun tidak boleh tertunda. Kali ini, dia baru datang lagi setelah tidak berhasil disembuhkan oleh kedokteran barat. Namun, sikapnya kali ini sangat berbeda dengan tempo hari, nada curiga dan sombong itu tidak ada lagi. Kali ini, karena ada pihak asuransi yang membayarnya, maka ia sering sekali datang. Dalam proses pengobatan, secara berangsur-angsur saya mulai sedikit memahami dirinya.


Suatu kali, ketika saya bertanya padanya mengapa penuh rasa curiga terhadap siapa pun, ia menceritakan sebuah kisah masa kecilnya sendiri. “Ketika kakekku imigrasi ke Amerika, tidak membawa apa-apa, hanya membawa sebuah buntalan kecil. Dari tangan hampa hingga ia membuka beberapa toko roti, sepanjang hidup telah banyak menderita. Ayahku juga hidup dalam kesulitan, oleh karena itu harapan satu-satunya terhadap diriku adalah ‘berusaha mencari uang.’ Sejak kecil ia mendidikku tidak boleh bergantung dan percaya pada siapa pun. Ketika bermain sepak bola, acap kali disandung oleh ayah. Suatu kali yang paling parah ketika terjatuh dari sepeda adalah dikarenakan takut bertabrakan dengan ayah, maka saya memilih jatuh terbanting. Ketika wajah saya bengkak dan hidung hijau kebiruan kena benturan, reaksinya malah memarahiku mengatakan bodoh bahkan tidak bisa dibandingkan dengan seekor babi. Yang lebih sulit dilupakan adalah ketika saya dengan susah payah merangkak di atas tangga, ia menjatuhkan tangganya. Dan ketika saya bertanya kepadanya mengapa berbuat demikian, ia mengatakan: ‘Untuk mendidikmu agar tidak percaya dan bergantung pada siapa pun!’” “Namun ayah Anda kan bukan orang lain!” dengan tidak habis mengerti aku mengatakannya. “Tentu saja termasuk ayahmu!” Ia menjawabnya demikian.


Hingga di sini, saya terkejut sampai tidak bisa bicara.


Saya mengidentifikasi gejala penyakitnya, perlahan-lahan mengerti mengapa usus dan lambungnya bisa mengidap penyakit yang langsung kumat begitu timbul dan sulit untuk disembuhkan. Menurut kedokteran tradisional Tiongkok bahwa disentri adalah stagnasi yang menjadi timbunan, setelah lama tertimbun menjadi disentri, sebabnya adalah limpa lemah, dan limpa menguasai pikiran. Ketika sepanjang hari dia hidup dalam ketegangan, tidak percaya dengan siapa pun, dari tahun ke tahun, dikarenakan perubahan perasaan yang tidak menentu, tentu saja akan menimbulkan kekejangan saluran usus, kadang kala berat atau ringan seiring dengan perubahan perasaan.


Jika ingin mengobati gejala penyakitnya, maka harus menghilangkan kemasygulan hatinya secara tuntas. Mana mungkin ini dapat dilakukan oleh kedokteran tradisional Tiongkok atau akupunktur? Bagaimana baru bisa mengubah sikapnya secara tuntas, apakah ada cara pengobatan yang benar-benar efektif ? Saya bertanya pada diri sendiri.


Artikel: Yu Lin, Dajiyuan

21 Desember 2008

Harta Benda dan Kebahagiaan

Ada yang mengatakan, “Uang adalah benda di luar tubuh, tidak bisa dibawa ketika lahir, juga tidak bisa dibawa pergi setelah meninggal dunia. Tidak perlu memikirkannya. Sebaliknya yang lainnya mengatakan, “Punya uang baru bisa memiliki segalanya, sewajarnya berusaha keras dengan rajin dengan berbagai cara untuk mendapatkan lebih banyak uang.”

Sesungguhnya uang itu sendiri tidak ada yang perlu dipersoalkan, dan sewajarnya ia termasuk benda yang netral, ia bisa mendatangkan kebahagiaan materi kepada manusia, juga merupakan dasar untuk mewujudkan aspirasi materi lainnya yang sesuai. Orang yang murni dan luhur tidak perlu memandang harta benda sebagai musuh besar demi untuk menyatakan kemurnian dan keluhuran diri sendiri.

Seorang yang menjadi kaya melalui usaha keras ditambah dengan keadaan yang mendukung, adalah orang yang beruntung, dan layak kita syukuri atas keberuntungan itu. Sering mendapat kabar mengenai teman yang hidup bahagia, di dalam hati merasa gembira atas kebahagiaan mereka, dalam perjalanan hidup saya, bisa berkenalan dengan sejumlah orang yang berbakat, berpengetahuan dan beruntung, bukankah sebuah hal yang menggembirakan? Lagi pula, kehidupan dahulu mereka pasti juga telah banyak berbuat hal-hal yang baik, mengumpulkan De (kebajikan) baru mendapatkan balasan nasib yang baik dalam kehidupan sekarang. Orang-orang kaya yang saya ketahui adalah orang yang berependidikan tinggi, lagi pula di antara kami bergaul dengan tulus dan terbuka, saling berterus terang, sedikit pun tidak ada perbedaan antara mulia dan nista.

Namun bukannya semua orang yang memiliki akhlak mulia, dan orang yang berusaha keras pasti bisa sukses dan kaya. Juga ada orang yang tekun namun tidak berhasil. Dan ini perlu dibincangkan tentang hubungan antara harta benda dan kebahagiaan. Menurut pendapat saya, harta benda bukanlah satu-satunya faktor yang bisa membuat bahagia, siapa yang berani mengatakan, bahwa orang-orang kaya di dunia ini pasti bahagia, sedangkan orang yang miskin setiap hari murung dan sedih? Miskin dan kaya bukannya tidak ada hubungan secara langsung, namun pandangan hidup seseorang berhubungan erat dengan kesejahteraan. Seperti contoh misalnya, sama-sama mengalami kegagalan, ada orang yang dikarenakan demikian menjadi patah semangat dan pesimis, bahkan tidak berkemauan untuk maju, menganggap diri sendiri adalah orang sial. Ada yang tetap seperti biasa gembira dan bahagia, menghadapi masalah dengan sikap yang terbuka dan optimis, dibandingkan dengan orang-orang yang bahkan untuk makan saja tidak mampu, diri sendiri masih termasuk beruntung sekali. Dan kegagalan itu sendiri adalah suatu ketidakberuntungan, jika hanya karena hal ini dan menyiksa diri kembali, justru adalah kemalangan dalam ketidakberuntungan.

Ditilik dari hal ini, terhadap kesejahteraan, faktor yang lebih berharga daripada harta benda adalah sikap optimis dalam kehidupan. Seorang yang optimis, meskipun tidak punya apa-apa, ia tetap dapat hidup dengan bahagia, sedangkan orang yang pesimis, meskipun harta keluarga berlimpah ruah, juga tak luput akan menyalahkan semua orang dan segala hal kecuali diri sendiri, sebab dalam kehidupan pasti ada hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana yang kita harapkan. Dan tentu saja, bukannya semua orang yang optimis di dunia ini mesti mengalami kemiskinan hidup, pada kenyataannya, di atas dunia ini terdapat sejumlah besar orang yang berbudi luhur dan berwibawa tinggi, usaha juga sangat sukses, paling tidak di antara teman sekolah saya cukup banyak yang sukses. Kekayaan ditambah lagi dengan suasana hati yang optimis tentu saja merupakan kehidupan yang paling bahagia, dan kegagalan ditambah lagi dengan sikap pesimistis adalah kemalangan dalam ketidakberuntungan.

Pada hakikatnya, baik itu kemiskinan atau kekayaan secara materi, memiliki sebuah hati yang tenang dan optimistis, itu berarti memiliki harta benda yang paling besar. Saya turut gembira akan kedudukan dan kekayaan teman-teman saya, dan berdoa untuk teman-teman yang gagal, dalam hati saya, mereka sama pentingnya, sama baiknya, tidak peduli di mana mereka berada, dan dalam keadaan yang sama saya sangat merindukan mereka, sebab yang saya hargai adalah orangnya, bukan benda.

Artikel: Mei Yu, www.xinsheng.net

14 Desember 2008

Pelajaran Menilai Orang dari Wajahnya

Beberapa tahun yang lalu, Rektor Universitas Harvard membuat penilaian yang keliru terhadap orang, sehingga telah mempermalukan dirinya sendiri. Sepasang suami-istri lanjut usia, sang istri mengenakan pakaian dari bahan katun bermotif garis-garis yang telah pudar, sedangkan suaminya hanya mengenakan setelan jas yang terbuat dari bahan kain murahan, mereka mengunjungi Rektor Universitas Harvard tanpa mengadakan perjanjian sebelumnya.


Sekretaris Rektor dengan sekilas saja telah memastikan bahwa kedua orang tua kampungan ini sama sekali tidak mungkin ada hubungan kerja dengan Universitas Harvard. Sang suami berkata dengan nada ringan: “Kami ingin bertemu dengan Rektor.” Dengan sangat tidak santun sekretaris mengatakan: “Dia seharian penuh sibuk sekali.” Sang istri lalu menjawab: “Tidak apa-apa, kami bisa menunggunya”. Setelah beberapa jam berlalu, sekretaris itu tetap tidak menghiraukan mereka, dengan harapan mudah-mudahan mereka tahu diri dan pergi dengan sendirinya. Namun, mereka tetap menunggu di sana dengan sabar.


Sekretaris itu akhirnya memutuskan untuk memberi tahu kepada rektor: “Mungkin mereka akan pergi setelah bicara beberapa patah kata dengan Anda.” Rektor dengan tidak sabar akhirnya menyetujui untuk bertemu dengan mereka. Dengan sangat berwibawa dan rasa yang tidak senang, rektor berhadapan dengan pasangan suami-istri itu. Nyonya tua itu memberi tahu kepadanya: “Kami mempunyai seorang anak yang pernah kuliah setahun di Harvard sini, dia sangat menyukai Harvard, kehidupannya di Harvard sangat gembira. Namun tahun lalu, dia mengalami suatu hal di luar dugaan lalu meninggal, aku dan suamiku bermaksud mendirikan sebuah tanda peringatan untuknya.”


Rektor bukan saja tidak merasa terharu, malah sebaliknya merasa lucu dan dengan suara kasar berkata: “Nyonya, kami tidak bisa untuk setiap orang yang pernah kuliah di Harvard dan kemudian mati lalu mendirikan patungnya. Jika berbuat demikian, maka kampus kami akan tampak sama seperti taman kuburan.”

Serta merta nyonya berkata: “Bukan itu maksud kami, kami bukannya ingin mendirikan sebuah patung, kami bermaksud menyumbangkan sebuah gedung untuk Harvard.”


Dengan seksama rektor memandang sejenak pakaian katun bermotif garis dan setelan jas kasar yang dikenakan pasangan suami-istri ini, kemudian memuntahkan kata-katanya. “Tahukah kalian berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah gedung? Bangunan di kampus kami ini lebih dari US$ 7,5 juta dollar.” Di saat itu, nyonya berdiam dan tak bicara lagi. Rektor merasa sangat senang, akhirnya bisa membuat mereka pergi.


Sekilas melihat nyonya itu mengarah ke suaminya lalu berkata, “Hanya perlu US$ 7,5 juta sudah bisa membangun sebuah gedung? Lalu, mengapa kita tidak membangun sebuah universitas untuk memperingati anak kita?” Suaminya mengangguk-anggukkan kepala menyetujuinya. Sedangkan Rektor Harvard merasa kacau pikirannya dan menjadi bingung setelah mendengar perkataan nyonya itu. Begitulah, Mr. dan Mrs. Leland Stanford meninggalkan Harvard, dan tiba di California, selanjutnya mendirikan Stanford University untuk mengabadikan anak mereka.


Sumber: Dajiyuan

07 Desember 2008

Cinta Bagaikan Pelita

Cinta adalah sebuah pelita, menyinari orang lain, juga menghangatkan diri sendiri. Orang yang memulai perjalanannya dengan membawa sebuah perasaan cinta, selamanya juga berada dalam cinta.


George adalah karyawan bagian marketing sebuah perusahaan asuransi di Washington, suatu ketika dia ingin membelikan bunga untuk kekasihnya, sampai akhirnya mengenal bos pemilik sebuah toko bunga, Yi Ben. Sebenarnya dia pernah membeli sebanyak dua kali di toko bunga Yi Ben.


Di luar dugaan, George menghadapi masalah. Demi mengganti sejumlah uang asuransi kepada customer, tanpa sebab dan alasan yang jelas dituntut dengan dakwaan penipuan dan dimasukkan ke penjara, dia harus meringkuk di terali besi selama 10 tahun. Mengetahui hal ini, kekasihnya meninggalkan dirinya. George telah terbiasa dengan kehidupan yang hangat dan penuh kegairahan, dirinya tidak tahu harus bagaimana melewati hari-hari yang tiada cinta juga cahaya yang tidak kelihatan itu, dia tidak mempunyai sedikit pun kepercayaan terhadap dirinya. Di dalam penjara, dia telah melewati bulan pertamanya yang masygul, dia nyaris menjadi gila, saat demikian, ada orang datang menjenguknya. Di Washington, dia tidak mempunyai seorang famili, tak terpikir olehnya siapa yang masih mengingatnya.


Di ruang pertemuan, dia menjadi terpana, ternyata adalah bos toko bunga, Yi Ben yang datang membawakan sekuntum bunga untuknya. Meskipun hanya sekuntum bunga, namun telah memberikan semangat pada George dalam kehidupannya di penjara, juga membuatnya merasakan harapan hidup. Dia mulai membaca buku di dalam sel, khusus mengenai bidang elektronik. Setelah enam tahun, dia dibebaskan, pertama ia bekerja di perusahaan komputer, tidak lama kemudian dia membuka sebuah perusahaan perangkat lunak, dan dua tahun kemudian, status sosialnya menjadi jutawan. Menjadi George yang kaya raya, pergi mengunjungi Yi Ben, namun memperoleh kabar bahwa Yi Ben pada dua tahun yang lalu telah bangkrut, sekeluarga hidup sengsara, seluruh keluarga pindah ke desa. George menjemput kembali sekeluarga Yi Ben, dan membelikan sebuah rumah bertingkat untuknya, lalu menyisakan sebuah posisi di perusahaan untuk Yi Ben. George mengatakan, adalah bunga Anda setiap tahun, yang membuat aku merindukan kasih dan kehangatan dunia ini, memberi aku semangat memenangkan perang melawan nasib yang malang, biar apa pun yang kulakukan untukmu, semuanya tidak bisa membalas budi baikmu pada waktu itu, aku ingin atas namamu, mendermakan sejumlah uang kepada badan amal, agar semua orang yang bernasib malang di dunia ini dapat merasakan perhatianmu yang besar.


Setelah itu, George mendermakan sejumlah uang yang banyak, mendirikan sebuah yayasan cinta kasih orang tak dikenal di Washington. Memberikan perhatian, adalah hal yang paling mudah dilakukan setiap orang. Sepatah kata, sebuah senyum, dan sekuntum bunga, itu sudah cukup, dan ini sama sekali tidak merugikan apa–apa bagi kita, malah mungkin membantu orang lain melewati kesulitan, dan di saat yang sama juga telah membuat indah selamanya pada diri sendiri. Lalu mengapa tidak melakukannya?


Sumber: Dajiyuan

30 November 2008

Tatapan nan Dingin Melarut Juga

Beberapa hari yang lalu, saat aku sedang membaca buku di dalam bus, tiba-tiba terdengar sayup-sayup sebuah suara di samping telingaku. “Maaf nona, sungguh maaf, saya sendiri juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini...,” kata seorang gadis muda, yang berkali-kali mohon maaf pada wanita yang duduk di sebelahku. Nona itu seorang wanita paruh baya menatap dengan sinar matanya yang berapi-api, dengan wajah jengkel tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, mengambil kertas tisu lalu membersihkan pakaiannya.


Ternyata, gadis ini telah mengotori pakaian wanita itu. Kemungkinan sesuatu benda yang berada dalam tasnya telah mengalir keluar tanpa disengaja. Aku merasa penasaran lalu menengadahkan kepala melihat sekilas…. “Ya Tuhan!” Ternyata hidungnya mengeluarkan darah dan terus mengalir dari lubang hidungnya. Wajahnya pucat pasi terus memegangi tisu menutupi lubang hidungnya, disertai senyuman di wajahnya dengan perasaan bersalah. Dia mengarah pada wanita yang ekspresi wajahnya tampak jengkel itu untuk mohon maaf. “Maaf, maaf, sungguh saya tidak pernah seperti ini sebelumnya, tadi saya sendiri juga tidak mengetahui bahwa saya sedang mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), saya benar-benar mohon maaf, karena telah mengotori pakaian Anda. Kemudian dia segera mengalihkan tangannya, membantu membersihkan kotoran darah yang mengotori busana wanita itu.


Aku juga segera ikut berdiri, memberitahu padanya cara menghentikan darah, dan bermaksud memberikan tempat duduk yang kududuki untuknya, namun dia tidak bersedia menerima tawaranku, tetap bertahan untuk terus berdiri. Tidak lama kemudian, akhirnya ada sebuah tempat kosong di depan, dan dengan badan yang lemah dia menuju ke tempat kosong tersebut.


Aku mulai merasa tidak begitu senang, benar-benar sedikit rasa simpati juga tidak ada sama sekali. Orang ini (wanita yang terkena darah) mengapa bisa begitu? Aku menarik napas panjang, tak berdaya dan mengeluh dengan sayu, demikian tipisnya simpati manusia itu.


Saat merasa perasaanku sedikit tenang dan ingin membaca kembali, tiba-tiba melihat gadis muda itu terhuyung-huyung memegangi satu per satu punggung kursi, dan dari tempat duduk bagian depan yang terguncang-guncang menghadap wanita dingin itu lalu berkata, “Nona, saya sudah mau turun. Dan sekali lagi maaf, tadi saya sungguh tidak sengaja mengotori busana Anda, saya tidak pernah seperti ini sebelumnya….” Lantas dia mengambil uang kertas dan diselipkan di tangan wanita itu, “Ini ada NT$ 500 (dollar Taiwan), bawalah busana Anda dan cucilah di laundry, mudah-mudahan bisa mengembalikan keindahan dan kehalusannya semula. Sungguh saya mohon maaf, sekali lagi maaf, semoga Anda bisa memaafkan saya!”


Wanita dingin itu jelas merasa terkejut. Memandangi gadis yang lemah namun dengan senyumnya yang tulus dan NT$ 500 yang membuat orang merasa canggung itu, membuat wajah dingin wanita itu tidak asam lagi, dan akhirnya perlahan-lahan dia membuka mulutnya. “ Ini… tidak apa-apa, dan saya tahu kamu tidak sengaja.... Kesehatan anakku juga kurang baik, juga sering kali tiba-tiba mengeluarkan darah tanpa sebab… dan kamu juga harus menjaga kesehatanmu sendiri.”


Kemudian dia memasukkan NT$ 500 ke dalam tas gadis tersebut. “Ambillah kembali uangmu, saya tidak bisa menerimanya. Dan pakaian ini… apalah artinya. Kamu sendiri harus lebih memperhatikan kesehatanmu, jagalah kesehatanmu, dan hati-hatilah di jalan!” Wanita itu mengeluarkan sebuah senyum dengan rona wajah merah kemalu-maluan, dan dengan serta merta menundukkan kepalanya, tenggelam dalam renungan.


Perasaan hatiku tiba-tiba cerah kembali. Melirik sekilas ekspresi keramahan yang telah tampak pada wanita dingin itu, dan garis-garis di wajahnya juga telah dipenuhi dengan kelembutan. Sedangkan hati gadis muda yang baik dan tulus itu, benar-benar membuat orang kagum, dan tak heran jika wanita yang dingin itu juga telah dilarutkan olehnya. Sebetulnya, di tengah kehidupan yang tegang pada masyarakat sekarang, bila saja disertai dengan sedikit lebih banyak kebaikan dan bermurah hati, maka kehidupan akan bertambah setitik kehangatan dan keharmonisan. Nah, coba Anda katakan, sulitkah berbuat demikian?


Sumber: Tabloid Era Baru No. 6 Tahun Ke-1

23 November 2008

Orang yang Mati karena Perasaannya

Sebuah perusahaan kereta api mempunyai seorang karyawan bernama Nick, dia sangat serius dengan pekerjaannnya, juga penuh tanggung jawab dalam bekerja, namun dia mempunyai sebuah kekurangan yaitu dia sangat pesimis terhadap kehidupan, sering kali berpikir negatif dalam memandang dunia ini.

Pada suatu hari semua karyawan perusahaan tersebut bergegas untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada atasannya, semuanya telah pergi agak awal dengan tergesa-gesa. Malangnya, Nick tanpa sengaja terkurung dalam sebuah lemari es besar di kereta. Nick dengan sekuat tenaga terus mengetuk lemari es dan berteriak, malangnya semua karyawan perusahaan itu telah pergi, sama sekali tidak ada orang yang bisa mendengarnya.

Telapak tangan Nick sampai merah dan bengkak mengetuknya, dan kerongkongannya menjadi serak dan kering, namun tidak ada juga orang yang memperhatikannya, akhirnya ia hanya bisa kesal duduk di atas lantai lemari es meredakan napasnya. Semakin dipikirkan dia semakin takut, dalam hati berpikir: suhu lemari es hanya 0F, jika tidak keluar juga, pasti bisa mati kedinginan. Lalu mau tidak mau dia dengan tangan yang gemetar, mencari pulpen dan kertas, untuk menulis surat wasiat. Pada hari kedua di waktu pagi, karyawan perusahaan mulai berdatangan masuk kerja. Mereka membuka lemari es, dan secara mengejutkan menemukan Nick jatuh pingsan di atas lantai. Saat mereka akan membawa Nick untuk diberikan pertolongan darurat, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi.

Namun semuanya menjadi sangat terkejut, karena power pendingin lemari es tidak diaktifkan, lemari es raksasa ini juga memiliki oksigen yang cukup, yang lebih membuat orang merasa heran adalah, suhu dalam lemari terus berkisar 61F, namun di luar dugaan Nick menjadi mati (kedinginan)!

Sebenarnya, semangat barulah sumber kekuatan, yang benar-benar mengalahkan diri kita hanya perasaan kita sendiri. Tekad, jika telah hilang, berarti segalanya juga tiada lagi.

Artikel: Jin Zhe, Dajiyuan

16 November 2008

Kemurahan Hati

Memaafkan kesalahan orang lain berarti kemuliaan pada diri sendiri. Xiao Po Na mengetahui ketika ada orang yang menjulukinya dengan panggilan “keledai,” dia sama sekali tidak marah, malah sebaliknya menganggapnya sebagai suatu pujian, dengan senang hati menerimanya. Dia mendorong semangatnya sendiri dengan panggilan keledai tersebut, sebab keledai memiliki sifat kerendahan hati, sederhana, tekun dan sifat khususnya yang selalu puas dengan apa yang diperolehnya, terhadap tangan kasar dan penghinaan semua dihadapinya dengan tenang.


Kisah ini kelihatannya sangat menggelikan, dan merupakan sebuah kenyataan yang diabaikan oleh banyak orang. Banyak sekali orang dalam seumur hidupnya, hanya mementingkan kehormatan nama dan keuntungan, tetapi lupa bahwa dia akan mati di kemudian hari. Setiap orang sejak dilahirkan, tidak ada yang tahu kapan dirinya akan mati, maka hidup juga bukan milik kita sendiri. Dia bilang, ”Tidak ada orang yang menjadi marah oleh karena hilangnya kehidupan.” Ada orang yang mengritik Lincoln bermuka dua. Dia berkata sambil menunjuk wajahnya sendiri yang sangat biasa lagi pula tidak begitu gagah: “Jika saya mempunyai wajah yang satunya lagi, coba Anda renungkan apakah saya masih akan menyandang wajah ini?”


Dalam sidang interpelasi yang dihadiri Perdana Menteri Inggris Churchil, ada seorang anggota kongres wanita menunjuk Churchil dan memarahinya: “Jika saya adalah istri Anda, saya pasti akan memasukkan racun dalam kopimu!”


Di saat demikian, semua anggota kongres diam, semuanya tegang menanti bagaimana Churchil akan menjawabnya. Churchil dengan tenang dan kalem menjawab perlahan: “Jika Anda istri saya, saya pasti akan menghabiskan seluruh isi kopi itu.” Sepanjang hidup manusia, orang yang tidak takut dikritik sudah tidak banyak, namun orang yang memiliki kemurahan hati seperti ini jauh lebih sedikit lagi!


Sumber: Dajiyuan

09 November 2008

Apa yang Paling Kuat di Dunia

Ada orang bertanya, apakah yang paling kuat di dunia ini? Besi dan baja paling kuat, namun api membara dapat melarutkannya. Api membara paling kuat, namun air dapat memadamkannya. Air bah paling kuat, namun matahari dapat menguapkannya. .Matahari paling kuat, namun lapisan awan dapat menutupinya. Awan paling kuat, namun topan dapat mengembusnya. Badai angin paling kuat, namun gunung tinggi dapat menahannya. Gunung tinggi paling kuat, namun pendaki gunung dapat menaklukkannya. Singa dan harimau paling kuat, namun lalat atau semut dapat menggigitnya. Orang jahat paling kuat, namun ketakutan dapat mengejutkannya. Kematian paling kuat, namun orang yang Xiulian (latihan kultivasi) mampu mengatasinya.


Kalau begitu, apakah yang paling kuat? Orang yang mempunyai keyakinan paling kuat. Orang yang mempunyai keyakinan, dia bisa tidak takut pada langit dan bumi, tidak merasa gentar terhadap hidup maupun mati, Dia bisa bersandar pada faramita (kesempurnaan) di dalam hatinya, tidak kaget dengan kemuliaan dan kehinaan duniawi, benar-benar memahami akan hakikat dan arti kehidupan.

Orang yang memiliki pandangan arif dan bijaksana paling kuat. Orang yang memiliki pandangan arif bijaksana, mengetahui mana yang benar atau salah, baik atau jahat, mengetahui karma sebab-akibat, mengetahui manfaat baik atau buruk, mengetahui baik, jahat, kesesatan dan kesadaran, tidak akan tersesat.


Orang yang memiliki kearifan paling kuat. Orang yang memiliki kearifan mengerti tentang segala sesuatu, memahami kebajikan dan moralitas, mampu membuka pikirannya, rendah hati dan penuh perhatian, memahami segala sesuatu dengan mendalam, mengambil keputusan yang adil, jujur, dan rasional.


Orang yang mempunyai belas kasih paling kuat. Kekuatan belas kasih, memperlakukan dengan baik terhadap segalanya. Kekuatan belas kasih, mengatasi keinginan irasional dan nafsu pribadi. Kekuatan belas kasih, membuat masalah menjadi lancar dan harmonis: kekuatan belas kasih, timbul dari hati yang lapang.


Orang yang lemah lembut paling kuat. Kelembutan dapat mengatasi kekerasan. Gigi dan lidah, gigi lebih keras dibanding lidah, namun saat manusia mulai tua, gigi mulai tanggal, sedangkan lidah tetap utuh seperti semula. Maka dari itu sebagai manusia harus berdasarkan kelembutan bukan kekerasan, mengandalkan keteguhan dan tidak bermalas-malasan untuk memenangkan kesuksesan.


Di atas dunia ini, pada umumnya orang pasti berharap diri sendiri menjadi seorang yang kuat, namun di antara orang yang kuat pasti masih ada yang lebih kuat, sebagaimana yang disebut bahwa di luar manusia masih ada manusia, di luar langit masih ada langitnya, kuda yang liar ditunggangi oleh orang yang sesuai, obat beracun pasti ada orang yang tahu penawarnya dengan cara racun dilawan dengan racun. Maka, di atas dunia ini tidak ada yang benar-benar paling besar dan kuat, yang ada hanya kebaikan paling besar, dan hanya sebab akibat yang paling kuat.


Sumber: Tabloid Era Baru, No. 09 Tahun Ke-1

02 November 2008

Anak Tidak Berdosa

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Jerman setelah Perang Dunia II. Seorang penjahat perang Nazi dihukum mati, istrinya, karena tidak mampu menahan hina, gantung diri di jendela rumah. Pada hari kedua, para tetangga keluar dari rumah, dan begitu menengadahkan kepalanya, terlihatlah wanita yang malang itu. Jendela dalam keadaan terbuka, anak perempuan yang berusia dua tahun sedang menjulurkan tangan merangkak ke arah ibu yang tergantung di atas kusen jendela.


Di saat yang demikian, seorang wanita yang bernama Ina tanpa peduli semuanya segera menuju ke atas loteng, menyelamatkan anak itu dan mengadopsinya, dan suaminya dikarenakan membantu orang Yahudi, dihukum mati oleh ayahnya sendiri. Para tetangga tidak ada yang memahami akan dirinya, bahkan tidak ada orang yang setuju anak itu tinggal di lokasi perumahan mereka, anak itu disuruh membawa ke yayasan yatim piatu atau membuangnya. Tapi Ina tidak bersedia, akibatnya sepanjang hari dan malam ada saja orang yang melempar barang-barang kotor ke arah jendela rumah serta mencaci makinya.


Anak yang diadopsinya sendiri juga tidak mengerti akan dirinya, ia sering kali kabur dari rumah, bahkan bersama-sama dengan teman melempar batu ke arah ibunya. Namun, Ina tetap teguh memeluk erat anak itu dalam pelukannya, kata-kata yang paling sering diucapkan adalah: “Begitu cantiknya kamu, kamu adalah si Angel cilik.”


Berangsur-angsur, anak itu sudah tumbuh besar, aksi para tetangga sudah tidak ekstrem lagi, namun, tetap masih ada orang yang memanggilnya “Nazi”, anak yang seusia tidak mau main bersamanya. Belakangan sifat anak itu berubah aneh, acap kali merusak harta benda orang lain sebagai suatu kesenangan. Hingga suatu hari, ia membuat patah tulang rusuk seorang anak, para tetangga membawanya ke yayasan pendidikan yang jaraknya puluhan kilometer tanpa sepengetahuan Ina.


Setengah bulan kemudian, Ina yang nyaris gila menemukan kembali anak itu. Ketika ia muncul lagi para tetangganya sangat marah, dengan erat Ina memeluk anak itu, Ina bergumam: “Anak ini tidak berdosa.” Di saat itulah anak itu mengetahui asal-usul akan dirinya, ia menangis sejadi-jadinya, sangat menyesal sekali. Ina memberitahu kepadanya, kompensasi yang paling baik menghadapi masalah ini ialah dengan sungguh-sungguh membantu semua orang.


Sejak saat itu, ia bertekad supaya negara kuat, dan segala hal yang dilakukan pasti hasilnya sangat baik. Yang paling penting adalah, ia menjadi orang yang sangat memperhatikan orang lain. Hingga ketika ia lulus sekolah menengah, ia menerima hadiah yang paling baik dalam seumur hidupnya: Setiap tetangga mengutus wakilnya untuk menyaksikan upacara kelulusan sekolahnya. “Anak itu adalah saya,” ujar Jackly dengan meneteskan air mata.


Sumber: Tabloid Era Baru, No. 12, Tahun Ke-1

26 Oktober 2008

Kerendahan Hati Seorang Presiden

Dalam proses mengalami penghinaan, kemuliaan agung yang diperlihatkan mantan Presiden AS Abraham Lincoln, membuat banyak orang kian menghormati sang presiden besar yang berasal dari rakyat biasa ini.


Dahulu, Komandan Angkatan Darat AS, Standond sangat memandang rendah Lincoln, ia mengatakan, “Saya tidak sudi bersama dengan si bodoh dungu, dan siamang itu sebagai teman. Orang-orang mengapa harus ke Afrika mencari gorila, bukankah yang sekarang duduk di Gedung Putih dan sedang menggaruk kepala itu adalah gorila?”


Lincoln mengetahui semua ini, ia tidak marah, dan mengatakan, “Saya memutuskan mengorbankan sebagian harga diri, menempatkan Standond menjabat sebagai Komandan Angkatan Darat. Karena ia setia kepada negara, penuh kekuatan dan pengetahuan, seperti mesin bekerja tiada henti.” Oleh karena Standond secara mutlak setia kepada negara, penuh semangat, meskipun mencaci maki dirinya, Lincoln memutuskan mempromosikannya sebagai Komandan Angkatan Darat.


Setelah diangkat sebagai komandan, cacian Standond terhadap Lincoln tidak juga hilang. Suatu ketika, seorang anggota parlemen membawa perintah Lincoln dan memberinya petunjuk, Standond tiba-tiba menjadi murka: “Seandainya Presiden memberimu perintah seperti ini, maka ia adalah seorang yang bodoh!” Lincoln tersenyum setelah mendengar laporan anggota parlemen dan mengatakan, “Seandainya ia menganggap bahwa saya adalah seorang yang bodoh, maka saya memang orang yang bodoh. Sebab, hampir segalanya ia selalu benar.” Pada akhirnya, ucapannya itu menggugah hati Standond, dan menemui Lioncoln untuk menyatakan maaf sedalam-dalamnya.


Masih ada cerita lain. Di depan Markas Besar Satuan Angkatan Darat AS, Lincoln bertemu dengan seorang pemuda dan bertanya kepadanya sedang mengapa, ia mengatakan: “Saya berperang di garis depan dan terluka, ke sini untuk mengambil perbekalan tentara, tidak ada yang peduli pada saya, Lincoln yang dipelihara palacur jahanam itu juga tidak peduli lagi pada saya. Setelah Lincoln melihat surat keterangan pemuda tersebut, dengan ramah mengatakan: “Saya seorang pengacara, Anda datanglah ke kamar 308, Tuan Anthony akan membantumu.”


Ada cerita lagi, suatu ketika Lincoln dan anaknya mengendarai mobil, di perjalanan mereka bertemu dengan serombongan pasukan yang sedang lewat. Lincoln ingin tahu, mereka itu korps tentara dari kesatuan mana, dan hendak ke mana. Ia lalu bertanya pada seorang pejalan kaki yang sedang lewat: “Apa itu?” Orang itu heran, sampai-sampai pasukan tentara juga ia tidak tahu, lalu dengan kasar berkata: “Itu adalah pasukan tentara, kau benar-benar seorang tolol yang jahanam.” Lincoln segera berkata kepadanya: “Terima kasih!” Setelah naik mobil dan mengunci pintu, Lincoln lalu berkata kepada anaknya: “Ada orang yang berkata jujur di hadapanmu, ini merupakan suatu keberuntungan. Saya memang benar-benar seorang tolol yang jahanam.”


Sumber: Tabloid Era Baru No. 12 Tahun Ke-1

19 Oktober 2008

Pengorbanan Pasti Ada Balasannya

Dani adalah seorang pemuda yang sangat ramah, ia juga ringan tangan dalam arti suka menolong orang lain yang sedang kesusahan, baik diminta maupun tidak. Tidak peduli masalah besar atau kecil, selama orang lain membutuhkan, ia pasti akan membantu sepenuh hati.


Suatu ketika, Dani pergi ke sebuah perusahaan untuk melamar pekerjaan, saat menunggu interview di kantor itu, kebetulan melihat seorang pekerja pada perusahaan tersebut sedang memindahkan setumpuk dokumen ke tempat lain, dikarenakan nalurinya yang merasa senang membantu orang, Dani segera berdiri membantunya membukakan pintu, pekerja itu merasa sangat berterima kasih dan tersenyum kepada Dani, menyatakan terima kasih.


Ternyata hasil dari interview menunjukkan Dani tidak diterima karena tinggi badannya tidak mencukupi. Sudah pasti dari wajahnya ia terlihat kecewa, ketika akan pergi meninggalkan kantor tersebut, pekerja tadi yang memindahkan dokumen memanggilnya, setelah menanyakan keadaan yang sebenarnya, menyuruhnya menunggu sebentar, kemudian ia berjalan menuju ke ruang direktur.


Tidak lama kemudian, pekerja itu keluar dari ruang direktur, dan dengan wajah berseri berkata kepada Dani: “Anda dipanggil direktur.” Dani merasa bingung, tidak tahu rencana apa yang tersembunyi di dalam benak orang ini. Direktur memberi salam pada Dani dengan sangat antusias dan berkata: “Selamat, setelah melalui pertimbangan kembali, kami memutuskan menerimamu!”


Belakangan, Dani baru tahu, pekerja itu adalah sekretaris direktur, waktu itu sedang menuju ke ruang arsip memindahkan dokumen, namun keluar-masuk beberapa kali, puluhan pelamar yang sedang menunggu di tempat itu, semuanya hanya memandangnya membuka dan menutup pintu dengan sukarnya, sampai-sampai tidak ada yang berinisiatif untuk bangkit berdiri membantunya. Hanya Dani yang datangnya paling akhir melihat keadaan yang demikian segera membantunya. Maka, begitu sekretaris melaporkan kepada direktur keadaan yang sebenarnya, direktur dengan cepat merasa sangat terkesan.


Sekarang ini merupakan sebuah zaman yang berdasarkan kemampuan dan persyaratan ketat untuk meraih sesuap nasi, namun ketekunan, budi pekerti yang baik untuk membantu orang lain dengan senang hati semuanya tidak boleh diabaikan sampai kapan pun. Di luar dugaan, dalam hal ini Dani telah melakukan sebuah pekerjaan yang baik, telah membuktikan pepatah: “Tidak boleh menganggap remeh hal yang sepele, pengorbanan pasti ada hikmahnya).” Sebuah hal, mungkin karena membantu tanpa disengaja, mungkin hanya karena jasa bantuan, namun siapa tahu dapat memberi Anda sebuah keberuntungan hidup.

Sumber: Mingxin.net

15 Oktober 2008

Sebuah Harga

Seorang penceramah terkenal dalam suatu pertemuan yang dihadiri 200 orang mengeluarkan selembar uang kertas senilai US$ 20. Lalu ia berkata dihadapan para hadirin, “Siapakah yang menginginkan uang US$ 20 ini?” Segera beberapa orang dengan cepat mengacungkan tangannya. Penceramah melihat-lihat, lalu tersenyum. “Aku akan memberikan uang ini pada satu orang di antara kalian. Namun sebelum ini, aku ingin berbuat demikian.” Sambil berkata lalu uang kertas itu diremasnya.

Kemudian bertanya lagi, “Siapa yang masih menginginkan uang kertas ini?” Tetap saja ada yang mengacungkan tangannya. “Bagus sekali,” penceramah ini kemudian berkata lagi, “Kalau begitu seandainya aku berbuat demikian.” Sambil berkata lalu melemparkan uang kertasnya di atas lantai, kemudian menginjaknya dengan sepatu, lantas dipungutnya kembali dan berkata, ”Sekarang uang ini menjadi kumal dan kotor. Apakah masih ada yang menginginkannya?” Tetap saja ada beberapa orang yang mengacungkan tangannya.

“Para hadirin, saya pikir kita telah mempelajari sebuah pelajaran yang sangat berharga. Biar apa pun telah kulakukan terhadap uang ini, namun kalian tetap saja masih menginginkan. Penyebabnya karena tidak merusak nilainya, ia tetap bernilai US$ 20,” kata penceramah tadi.

Di dalam kehidupan kita, banyak sekali masalah, terkadang kita jatuh, dirugikan, membuat patah semangat. Saat semua keadaan ini terjadi, selalu saja membuat kita merasa serba salah. Namun biar apa pun yang telah terjadi atau akan terjadi sesuatu, kita tidak akan kehilangan harga diri.

Kita masih tetap diri semula, semakin banyak tempaan, hanya bisa membuat kita semakin berkembang matang dan kuat. Seperti emas dilapisi debu dan meskipun melalui lebih banyak waktu ditiup angin diterpa hujan. Juga tidak akan merusak nilai semula. Asalkan kita yakin demikian, dan mematut diri dengan berbuat baik dan sabar. Dan ini harus dicamkan, jangan biarkan kekecewaan kemarin membuat impian esok menjadi suram!

Sumber: Tabloid Era Baru, Tahun Ke-1 No. 17

05 Oktober 2008

Hati Mengandung Niat Baik

Apa yang paling berharga di dunia manusia. Kebaikan. Kebaikan adalah mutiara yang langka dalam sejarah, Orang yang baik hampir lebih istimewa daripada orang yang hebat. Orang yang hatinya mengandung maksud baik, selalu menyebarkan cahaya matahari serta hujan dan embun pagi, mengobati hati nurani semua orang dan luka pada badan. Berhubungan dengan orang yang baik, kearifan memperoleh pencerahan, hati nurani menjadi luhur, pikiran semakin bertambah lapang.


Ketika saya sekolah di SLTP, beruntung mengenal seorang guru yang baik. Dalam “kediktatoran menyeluruh” di masa itu, satu hal yang paling saya takuti di usia saya yang ke-14 adalah “mengisi formulir.” Menghadapi kolom “asal keluarga,” saya selalu gugup dan jantung berdebar, bukan main malunya, layaknya seperti pencuri yang menundukkan kepala, menulis dua kata “golongan kanan” dengan tulisan yang kecilnya bagaikan semut.


Suatu ketika, seorang siswa di kursi sebelah sengaja berteriak nyaring mengatakan: “Kolom yang ini, kenapa kamu menulisnya begitu kecil.” Guru menghampiri kami, mengambil formulir saya melihat sejenak, dan dengan tenang mengatakan: “Tulisan yang sangat rapi, jangan peduli padanya.” Saya duduk kembali, mengucek air mata terima kasih, dalam hati perlahan mengatakan: “Guru benar-benar baik.”


Sebenarnya, pada masa itu keburukan pertentangan kelas sosial sudah menjadi kebiasaan. Kebaikan di dunia manusia nyaris hilang, mengapa persahabatan, cinta terguncang-guncang dijebol oleh arus balik gelombang yang jahat. Pada masa remaja saya juga pernah membenci ayah sendiri tanpa sebab. Demi untuk dapat bersekolah ke tingkat yang lebih tinggi, di bawah godaan untuk “memperlihatkan kembali,” di luar dugaan saya menulis sepucuk surat yang menyingkap perkataan dan tindakan kontra-revolusi ayah, dan menyerahkannya pada guru kami. Seumur hidup saya tidak akan lupa pada hari itu, yang mana setelah belajar sendiri, guru sekolah mengundangku untuk berbincang-bincang di bawah pohon poplar.


Guru mengatakan, “Setiap orang mempunyai dua sanubari yakni singa yang baik dan singa jahat yang memperebutkan makanan. Jika singa jahat telah menelan sanubari, maka seumur hidup tidak akan tertolong lagi. Nak, kamu harus berpikir matang, di saat apa pun harus mengandung maksud baik, jangan melakukan hal yang akan membuat sesal sendiri seumur hidup.” Guruku mengembalikan surat itu sambil membelai kepalaku dan mengatakan: “Bahasa yang digunakan dalam surat ini merupakan bahasa yang telah dipersiapkan orang lain untukmu, bukan kata-katamu sendiri, kesalahanmu adalah karena ketidaktahuan, bukan munafik.”


Tiga puluh tahun hanya sekilas dalam selentingan jari, dan kini setiap saya melangkah ke samping ayah, sang profesor universitas, yang dituduh pengkhianat oleh pemerintah setempat, di mana ketika mendengarkan wejangan, merasakan cinta kasih ayah, saya lalu teringat akan guru saya yang baik itu, adalah sebuah hatinya yang mengarah pada kebaikan itu, telah menyelamatkan hati nurani saya, baik adalah mentari dalam dunia rohani.


Sumber: Tabloid Era Baru, Tahun Ke-1 No. 19

30 September 2008

Hukuman tanpa Kekerasan

Dr. Arun Gandhi adalah cucu tokoh kemerdekaan India Mahatma Gandhi dan pendiri Lembaga M.K. Gandhi untuk tanpa Kekerasan. Suatu hari ia memberikan ceramah di Universitas Puerto Rico, Brasil dan bercerita bagaimana memberikan contoh menghukum anak tanpa melakukan kekerasan yang dapat diterapkan di sebuah keluarga. Berikut ceritanya:


Waktu itu saya masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Kami tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tak heran bila saya dan dua saudara perempuan saya sangat senang bila ada kesempatan bisa pergi ke kota untuk mengunjungi teman-teman, berbelanja atau menonton bioskop.


Suatu hari, ayah meminta saya untuk mengantarkan beliau ke kota guna menghadiri konferensi sehari penuh. Dan, saya sangat gembira dengan kesempatan itu. Ibu memberikan daftar belanjaan yang diperlukan begitu mengetahui saya akan ke kota. Selain itu, ayah juga meminta saya untuk mengerjakan beberapa hal lama yang tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.


Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berpesan, "Ayah tunggu kau di sini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama." Segera saja saya menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh ayah. Kemudian, saya pergi ke bioskop. Wah, saya benar-benar terpikat dengan permainan John Mayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam sudah menunjukkan pukul 17:30, langsung saya berlari menunju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayah yang sudah menunggu saya. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.


Dengan gelisah ayah bertanya, "Kenapa kau terlambat?" Saya sangat malu untuk mengakui terlalu asyik menonton film John Mayne sehingga saya menjawab, "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu." Padahal, ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah telah menelepon bengkel mobil itu. Dan, kini ayah tahu kalau saya berbohong. Lalu ayah berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran pada ayah. Untuk menghukum kesalahan ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Pikirkan baik-baik."


Lalu dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, ayah mulai berjalan kaki pulang ke rumah sepanjang 18 mil. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan tidak rata. Saya tidak bisa meninggalkan ayah, maka selama lima setengah jam, saya mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayah hanya karena kebohongan yang bodoh yang saya lakukan. Sejak itu saya tidak pernah berbohong lagi.


Sering kali saya berpikir mengenai kejadian itu dan merasa heran. Seandainya ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita dengan amarah atau pukulan, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai prinsip tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya mungkin justru akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa dari seorang ayah, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan.


Diadaptasi dari buku "The Power of Nonviolence", karya Dr. Arun Gandhi

21 September 2008

Saya Merasa Bangga Padamu

Hendak mengingat nama seseorang yang kukenal pada 43 tahun silam tidaklah mudah. Saya benar-benar telah lupa nama seorang nyonya tua ketika saya bekerja sambilan mengantar koran saat saya berusia 12 tahun. Namun sebuah pelajaran yang berkaitan tentang kerendahan hati, yang diberikannya pada saya, bagaikan baru terjadi kemarin.


Pada suatu senja di hari Sabtu, saya bersama dengan seorang teman yang berada di sebuah sudut yang tersembunyi di halaman belakang rumah nyonya tua itu melempar batu ke atap rumahnya. Kami bermaksud ingin mengamati bagaimana batu itu meluncur dari atas atap, lalu bagaikan komet yang turun dari langit dan jatuh ke halaman belakang.


Saya mendapatkan sebuah batu yang licin, dan melemparnya ke atas atap. Tetapi karena batunya terlampau licin maka terlepas dari tangan saya, langsung meleset mengenai sebuah jendela yang berada di koridor belakang rumah nyonya tua. Dan seiring dengan suara hancurnya kaca yang bersuara nyaring, kami segera angkat kaki dan berlari kencang, kecepatan larinya bahkan lebih cepat dibanding batu yang meluncur dari atas atap.


Pada malam hari itu, saya takut sekali, takut akan ditangkap oleh nyonya tua itu. Namun beberapa hari kemudian, saat saya pastikan perbuatan saya tidak diketahui, saya mulai merasa sangat menyesal atas kemalangannya. Setiap hari ketika saya mengantarkan koran padanya, ia tetap seperti dulu tersenyum dan memberi salam pada saya, namun saya tidak bisa seperti dulu lagi mengekspresikan diri secara alami di hadapannya. Ada perasaan bersalah dalam hati.


Saya bertekad mengumpulkan uang dari hasil mengantarkan koran. Tiga minggu kemudian, saya telah mempunyai 7 dolar, saya hitung uang ini dapat mengganti kerusakan kaca yang saya pecahkan itu. Saya menyelipkan uang dan selembar memo ke dalam amplop, di atas memo itu dijelaskan saya merasa sangat menyesal atas kacanya yang saya pecahkan, semoga uang ini dapat mengganti kerugian untuk perbaikan kaca jendelanya.


Saya menanti hingga menjelang malam, dan secara diam-diam menuju ke pintu rumahnya, menyelipkan surat di antara celah-celah pintu. Saya merasa batin diri saya bisa tertolong, dan saya sepertinya mendapatkan kebebasan kembali, saya tidak perlu menghindari pandangan mata si nyonya tua itu lagi.


Pada hari ke-2, ketika saya mengantar koran padanya, bisa kembali tersenyum membalas senyumannya yang hangat dan lembut. Ia mengucapkan terima kasih pada saya atas koran yang diantar untuknya, serta mengatakan: “Saya mempunyai sesuatu untukmu”. Dan itu adalah sebungkus roti. Setelah saya berterima kasih padanya, sambil mengantar koran saya menikmati roti yang diberinya.


Setelah makan beberapa keping roti, saya mendapati di dalamnya ada selembar surat. Saya mengambil surat itu. Dan ketika saya membuka amplop surat itu, saya tertegun. Di dalamnya ternyata 7 dolar dan sehelai memo, di atasnya tertulis: “Saya merasa bangga padamu.”


Artikel: Jerry Harpt, www.xinsheng.net