14 Desember 2008

Pelajaran Menilai Orang dari Wajahnya

Beberapa tahun yang lalu, Rektor Universitas Harvard membuat penilaian yang keliru terhadap orang, sehingga telah mempermalukan dirinya sendiri. Sepasang suami-istri lanjut usia, sang istri mengenakan pakaian dari bahan katun bermotif garis-garis yang telah pudar, sedangkan suaminya hanya mengenakan setelan jas yang terbuat dari bahan kain murahan, mereka mengunjungi Rektor Universitas Harvard tanpa mengadakan perjanjian sebelumnya.


Sekretaris Rektor dengan sekilas saja telah memastikan bahwa kedua orang tua kampungan ini sama sekali tidak mungkin ada hubungan kerja dengan Universitas Harvard. Sang suami berkata dengan nada ringan: “Kami ingin bertemu dengan Rektor.” Dengan sangat tidak santun sekretaris mengatakan: “Dia seharian penuh sibuk sekali.” Sang istri lalu menjawab: “Tidak apa-apa, kami bisa menunggunya”. Setelah beberapa jam berlalu, sekretaris itu tetap tidak menghiraukan mereka, dengan harapan mudah-mudahan mereka tahu diri dan pergi dengan sendirinya. Namun, mereka tetap menunggu di sana dengan sabar.


Sekretaris itu akhirnya memutuskan untuk memberi tahu kepada rektor: “Mungkin mereka akan pergi setelah bicara beberapa patah kata dengan Anda.” Rektor dengan tidak sabar akhirnya menyetujui untuk bertemu dengan mereka. Dengan sangat berwibawa dan rasa yang tidak senang, rektor berhadapan dengan pasangan suami-istri itu. Nyonya tua itu memberi tahu kepadanya: “Kami mempunyai seorang anak yang pernah kuliah setahun di Harvard sini, dia sangat menyukai Harvard, kehidupannya di Harvard sangat gembira. Namun tahun lalu, dia mengalami suatu hal di luar dugaan lalu meninggal, aku dan suamiku bermaksud mendirikan sebuah tanda peringatan untuknya.”


Rektor bukan saja tidak merasa terharu, malah sebaliknya merasa lucu dan dengan suara kasar berkata: “Nyonya, kami tidak bisa untuk setiap orang yang pernah kuliah di Harvard dan kemudian mati lalu mendirikan patungnya. Jika berbuat demikian, maka kampus kami akan tampak sama seperti taman kuburan.”

Serta merta nyonya berkata: “Bukan itu maksud kami, kami bukannya ingin mendirikan sebuah patung, kami bermaksud menyumbangkan sebuah gedung untuk Harvard.”


Dengan seksama rektor memandang sejenak pakaian katun bermotif garis dan setelan jas kasar yang dikenakan pasangan suami-istri ini, kemudian memuntahkan kata-katanya. “Tahukah kalian berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah gedung? Bangunan di kampus kami ini lebih dari US$ 7,5 juta dollar.” Di saat itu, nyonya berdiam dan tak bicara lagi. Rektor merasa sangat senang, akhirnya bisa membuat mereka pergi.


Sekilas melihat nyonya itu mengarah ke suaminya lalu berkata, “Hanya perlu US$ 7,5 juta sudah bisa membangun sebuah gedung? Lalu, mengapa kita tidak membangun sebuah universitas untuk memperingati anak kita?” Suaminya mengangguk-anggukkan kepala menyetujuinya. Sedangkan Rektor Harvard merasa kacau pikirannya dan menjadi bingung setelah mendengar perkataan nyonya itu. Begitulah, Mr. dan Mrs. Leland Stanford meninggalkan Harvard, dan tiba di California, selanjutnya mendirikan Stanford University untuk mengabadikan anak mereka.


Sumber: Dajiyuan