02 November 2008

Anak Tidak Berdosa

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Jerman setelah Perang Dunia II. Seorang penjahat perang Nazi dihukum mati, istrinya, karena tidak mampu menahan hina, gantung diri di jendela rumah. Pada hari kedua, para tetangga keluar dari rumah, dan begitu menengadahkan kepalanya, terlihatlah wanita yang malang itu. Jendela dalam keadaan terbuka, anak perempuan yang berusia dua tahun sedang menjulurkan tangan merangkak ke arah ibu yang tergantung di atas kusen jendela.


Di saat yang demikian, seorang wanita yang bernama Ina tanpa peduli semuanya segera menuju ke atas loteng, menyelamatkan anak itu dan mengadopsinya, dan suaminya dikarenakan membantu orang Yahudi, dihukum mati oleh ayahnya sendiri. Para tetangga tidak ada yang memahami akan dirinya, bahkan tidak ada orang yang setuju anak itu tinggal di lokasi perumahan mereka, anak itu disuruh membawa ke yayasan yatim piatu atau membuangnya. Tapi Ina tidak bersedia, akibatnya sepanjang hari dan malam ada saja orang yang melempar barang-barang kotor ke arah jendela rumah serta mencaci makinya.


Anak yang diadopsinya sendiri juga tidak mengerti akan dirinya, ia sering kali kabur dari rumah, bahkan bersama-sama dengan teman melempar batu ke arah ibunya. Namun, Ina tetap teguh memeluk erat anak itu dalam pelukannya, kata-kata yang paling sering diucapkan adalah: “Begitu cantiknya kamu, kamu adalah si Angel cilik.”


Berangsur-angsur, anak itu sudah tumbuh besar, aksi para tetangga sudah tidak ekstrem lagi, namun, tetap masih ada orang yang memanggilnya “Nazi”, anak yang seusia tidak mau main bersamanya. Belakangan sifat anak itu berubah aneh, acap kali merusak harta benda orang lain sebagai suatu kesenangan. Hingga suatu hari, ia membuat patah tulang rusuk seorang anak, para tetangga membawanya ke yayasan pendidikan yang jaraknya puluhan kilometer tanpa sepengetahuan Ina.


Setengah bulan kemudian, Ina yang nyaris gila menemukan kembali anak itu. Ketika ia muncul lagi para tetangganya sangat marah, dengan erat Ina memeluk anak itu, Ina bergumam: “Anak ini tidak berdosa.” Di saat itulah anak itu mengetahui asal-usul akan dirinya, ia menangis sejadi-jadinya, sangat menyesal sekali. Ina memberitahu kepadanya, kompensasi yang paling baik menghadapi masalah ini ialah dengan sungguh-sungguh membantu semua orang.


Sejak saat itu, ia bertekad supaya negara kuat, dan segala hal yang dilakukan pasti hasilnya sangat baik. Yang paling penting adalah, ia menjadi orang yang sangat memperhatikan orang lain. Hingga ketika ia lulus sekolah menengah, ia menerima hadiah yang paling baik dalam seumur hidupnya: Setiap tetangga mengutus wakilnya untuk menyaksikan upacara kelulusan sekolahnya. “Anak itu adalah saya,” ujar Jackly dengan meneteskan air mata.


Sumber: Tabloid Era Baru, No. 12, Tahun Ke-1