30 November 2008

Tatapan nan Dingin Melarut Juga

Beberapa hari yang lalu, saat aku sedang membaca buku di dalam bus, tiba-tiba terdengar sayup-sayup sebuah suara di samping telingaku. “Maaf nona, sungguh maaf, saya sendiri juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini...,” kata seorang gadis muda, yang berkali-kali mohon maaf pada wanita yang duduk di sebelahku. Nona itu seorang wanita paruh baya menatap dengan sinar matanya yang berapi-api, dengan wajah jengkel tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, mengambil kertas tisu lalu membersihkan pakaiannya.


Ternyata, gadis ini telah mengotori pakaian wanita itu. Kemungkinan sesuatu benda yang berada dalam tasnya telah mengalir keluar tanpa disengaja. Aku merasa penasaran lalu menengadahkan kepala melihat sekilas…. “Ya Tuhan!” Ternyata hidungnya mengeluarkan darah dan terus mengalir dari lubang hidungnya. Wajahnya pucat pasi terus memegangi tisu menutupi lubang hidungnya, disertai senyuman di wajahnya dengan perasaan bersalah. Dia mengarah pada wanita yang ekspresi wajahnya tampak jengkel itu untuk mohon maaf. “Maaf, maaf, sungguh saya tidak pernah seperti ini sebelumnya, tadi saya sendiri juga tidak mengetahui bahwa saya sedang mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), saya benar-benar mohon maaf, karena telah mengotori pakaian Anda. Kemudian dia segera mengalihkan tangannya, membantu membersihkan kotoran darah yang mengotori busana wanita itu.


Aku juga segera ikut berdiri, memberitahu padanya cara menghentikan darah, dan bermaksud memberikan tempat duduk yang kududuki untuknya, namun dia tidak bersedia menerima tawaranku, tetap bertahan untuk terus berdiri. Tidak lama kemudian, akhirnya ada sebuah tempat kosong di depan, dan dengan badan yang lemah dia menuju ke tempat kosong tersebut.


Aku mulai merasa tidak begitu senang, benar-benar sedikit rasa simpati juga tidak ada sama sekali. Orang ini (wanita yang terkena darah) mengapa bisa begitu? Aku menarik napas panjang, tak berdaya dan mengeluh dengan sayu, demikian tipisnya simpati manusia itu.


Saat merasa perasaanku sedikit tenang dan ingin membaca kembali, tiba-tiba melihat gadis muda itu terhuyung-huyung memegangi satu per satu punggung kursi, dan dari tempat duduk bagian depan yang terguncang-guncang menghadap wanita dingin itu lalu berkata, “Nona, saya sudah mau turun. Dan sekali lagi maaf, tadi saya sungguh tidak sengaja mengotori busana Anda, saya tidak pernah seperti ini sebelumnya….” Lantas dia mengambil uang kertas dan diselipkan di tangan wanita itu, “Ini ada NT$ 500 (dollar Taiwan), bawalah busana Anda dan cucilah di laundry, mudah-mudahan bisa mengembalikan keindahan dan kehalusannya semula. Sungguh saya mohon maaf, sekali lagi maaf, semoga Anda bisa memaafkan saya!”


Wanita dingin itu jelas merasa terkejut. Memandangi gadis yang lemah namun dengan senyumnya yang tulus dan NT$ 500 yang membuat orang merasa canggung itu, membuat wajah dingin wanita itu tidak asam lagi, dan akhirnya perlahan-lahan dia membuka mulutnya. “ Ini… tidak apa-apa, dan saya tahu kamu tidak sengaja.... Kesehatan anakku juga kurang baik, juga sering kali tiba-tiba mengeluarkan darah tanpa sebab… dan kamu juga harus menjaga kesehatanmu sendiri.”


Kemudian dia memasukkan NT$ 500 ke dalam tas gadis tersebut. “Ambillah kembali uangmu, saya tidak bisa menerimanya. Dan pakaian ini… apalah artinya. Kamu sendiri harus lebih memperhatikan kesehatanmu, jagalah kesehatanmu, dan hati-hatilah di jalan!” Wanita itu mengeluarkan sebuah senyum dengan rona wajah merah kemalu-maluan, dan dengan serta merta menundukkan kepalanya, tenggelam dalam renungan.


Perasaan hatiku tiba-tiba cerah kembali. Melirik sekilas ekspresi keramahan yang telah tampak pada wanita dingin itu, dan garis-garis di wajahnya juga telah dipenuhi dengan kelembutan. Sedangkan hati gadis muda yang baik dan tulus itu, benar-benar membuat orang kagum, dan tak heran jika wanita yang dingin itu juga telah dilarutkan olehnya. Sebetulnya, di tengah kehidupan yang tegang pada masyarakat sekarang, bila saja disertai dengan sedikit lebih banyak kebaikan dan bermurah hati, maka kehidupan akan bertambah setitik kehangatan dan keharmonisan. Nah, coba Anda katakan, sulitkah berbuat demikian?


Sumber: Tabloid Era Baru No. 6 Tahun Ke-1

23 November 2008

Orang yang Mati karena Perasaannya

Sebuah perusahaan kereta api mempunyai seorang karyawan bernama Nick, dia sangat serius dengan pekerjaannnya, juga penuh tanggung jawab dalam bekerja, namun dia mempunyai sebuah kekurangan yaitu dia sangat pesimis terhadap kehidupan, sering kali berpikir negatif dalam memandang dunia ini.

Pada suatu hari semua karyawan perusahaan tersebut bergegas untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada atasannya, semuanya telah pergi agak awal dengan tergesa-gesa. Malangnya, Nick tanpa sengaja terkurung dalam sebuah lemari es besar di kereta. Nick dengan sekuat tenaga terus mengetuk lemari es dan berteriak, malangnya semua karyawan perusahaan itu telah pergi, sama sekali tidak ada orang yang bisa mendengarnya.

Telapak tangan Nick sampai merah dan bengkak mengetuknya, dan kerongkongannya menjadi serak dan kering, namun tidak ada juga orang yang memperhatikannya, akhirnya ia hanya bisa kesal duduk di atas lantai lemari es meredakan napasnya. Semakin dipikirkan dia semakin takut, dalam hati berpikir: suhu lemari es hanya 0F, jika tidak keluar juga, pasti bisa mati kedinginan. Lalu mau tidak mau dia dengan tangan yang gemetar, mencari pulpen dan kertas, untuk menulis surat wasiat. Pada hari kedua di waktu pagi, karyawan perusahaan mulai berdatangan masuk kerja. Mereka membuka lemari es, dan secara mengejutkan menemukan Nick jatuh pingsan di atas lantai. Saat mereka akan membawa Nick untuk diberikan pertolongan darurat, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi.

Namun semuanya menjadi sangat terkejut, karena power pendingin lemari es tidak diaktifkan, lemari es raksasa ini juga memiliki oksigen yang cukup, yang lebih membuat orang merasa heran adalah, suhu dalam lemari terus berkisar 61F, namun di luar dugaan Nick menjadi mati (kedinginan)!

Sebenarnya, semangat barulah sumber kekuatan, yang benar-benar mengalahkan diri kita hanya perasaan kita sendiri. Tekad, jika telah hilang, berarti segalanya juga tiada lagi.

Artikel: Jin Zhe, Dajiyuan

16 November 2008

Kemurahan Hati

Memaafkan kesalahan orang lain berarti kemuliaan pada diri sendiri. Xiao Po Na mengetahui ketika ada orang yang menjulukinya dengan panggilan “keledai,” dia sama sekali tidak marah, malah sebaliknya menganggapnya sebagai suatu pujian, dengan senang hati menerimanya. Dia mendorong semangatnya sendiri dengan panggilan keledai tersebut, sebab keledai memiliki sifat kerendahan hati, sederhana, tekun dan sifat khususnya yang selalu puas dengan apa yang diperolehnya, terhadap tangan kasar dan penghinaan semua dihadapinya dengan tenang.


Kisah ini kelihatannya sangat menggelikan, dan merupakan sebuah kenyataan yang diabaikan oleh banyak orang. Banyak sekali orang dalam seumur hidupnya, hanya mementingkan kehormatan nama dan keuntungan, tetapi lupa bahwa dia akan mati di kemudian hari. Setiap orang sejak dilahirkan, tidak ada yang tahu kapan dirinya akan mati, maka hidup juga bukan milik kita sendiri. Dia bilang, ”Tidak ada orang yang menjadi marah oleh karena hilangnya kehidupan.” Ada orang yang mengritik Lincoln bermuka dua. Dia berkata sambil menunjuk wajahnya sendiri yang sangat biasa lagi pula tidak begitu gagah: “Jika saya mempunyai wajah yang satunya lagi, coba Anda renungkan apakah saya masih akan menyandang wajah ini?”


Dalam sidang interpelasi yang dihadiri Perdana Menteri Inggris Churchil, ada seorang anggota kongres wanita menunjuk Churchil dan memarahinya: “Jika saya adalah istri Anda, saya pasti akan memasukkan racun dalam kopimu!”


Di saat demikian, semua anggota kongres diam, semuanya tegang menanti bagaimana Churchil akan menjawabnya. Churchil dengan tenang dan kalem menjawab perlahan: “Jika Anda istri saya, saya pasti akan menghabiskan seluruh isi kopi itu.” Sepanjang hidup manusia, orang yang tidak takut dikritik sudah tidak banyak, namun orang yang memiliki kemurahan hati seperti ini jauh lebih sedikit lagi!


Sumber: Dajiyuan

09 November 2008

Apa yang Paling Kuat di Dunia

Ada orang bertanya, apakah yang paling kuat di dunia ini? Besi dan baja paling kuat, namun api membara dapat melarutkannya. Api membara paling kuat, namun air dapat memadamkannya. Air bah paling kuat, namun matahari dapat menguapkannya. .Matahari paling kuat, namun lapisan awan dapat menutupinya. Awan paling kuat, namun topan dapat mengembusnya. Badai angin paling kuat, namun gunung tinggi dapat menahannya. Gunung tinggi paling kuat, namun pendaki gunung dapat menaklukkannya. Singa dan harimau paling kuat, namun lalat atau semut dapat menggigitnya. Orang jahat paling kuat, namun ketakutan dapat mengejutkannya. Kematian paling kuat, namun orang yang Xiulian (latihan kultivasi) mampu mengatasinya.


Kalau begitu, apakah yang paling kuat? Orang yang mempunyai keyakinan paling kuat. Orang yang mempunyai keyakinan, dia bisa tidak takut pada langit dan bumi, tidak merasa gentar terhadap hidup maupun mati, Dia bisa bersandar pada faramita (kesempurnaan) di dalam hatinya, tidak kaget dengan kemuliaan dan kehinaan duniawi, benar-benar memahami akan hakikat dan arti kehidupan.

Orang yang memiliki pandangan arif dan bijaksana paling kuat. Orang yang memiliki pandangan arif bijaksana, mengetahui mana yang benar atau salah, baik atau jahat, mengetahui karma sebab-akibat, mengetahui manfaat baik atau buruk, mengetahui baik, jahat, kesesatan dan kesadaran, tidak akan tersesat.


Orang yang memiliki kearifan paling kuat. Orang yang memiliki kearifan mengerti tentang segala sesuatu, memahami kebajikan dan moralitas, mampu membuka pikirannya, rendah hati dan penuh perhatian, memahami segala sesuatu dengan mendalam, mengambil keputusan yang adil, jujur, dan rasional.


Orang yang mempunyai belas kasih paling kuat. Kekuatan belas kasih, memperlakukan dengan baik terhadap segalanya. Kekuatan belas kasih, mengatasi keinginan irasional dan nafsu pribadi. Kekuatan belas kasih, membuat masalah menjadi lancar dan harmonis: kekuatan belas kasih, timbul dari hati yang lapang.


Orang yang lemah lembut paling kuat. Kelembutan dapat mengatasi kekerasan. Gigi dan lidah, gigi lebih keras dibanding lidah, namun saat manusia mulai tua, gigi mulai tanggal, sedangkan lidah tetap utuh seperti semula. Maka dari itu sebagai manusia harus berdasarkan kelembutan bukan kekerasan, mengandalkan keteguhan dan tidak bermalas-malasan untuk memenangkan kesuksesan.


Di atas dunia ini, pada umumnya orang pasti berharap diri sendiri menjadi seorang yang kuat, namun di antara orang yang kuat pasti masih ada yang lebih kuat, sebagaimana yang disebut bahwa di luar manusia masih ada manusia, di luar langit masih ada langitnya, kuda yang liar ditunggangi oleh orang yang sesuai, obat beracun pasti ada orang yang tahu penawarnya dengan cara racun dilawan dengan racun. Maka, di atas dunia ini tidak ada yang benar-benar paling besar dan kuat, yang ada hanya kebaikan paling besar, dan hanya sebab akibat yang paling kuat.


Sumber: Tabloid Era Baru, No. 09 Tahun Ke-1

02 November 2008

Anak Tidak Berdosa

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Jerman setelah Perang Dunia II. Seorang penjahat perang Nazi dihukum mati, istrinya, karena tidak mampu menahan hina, gantung diri di jendela rumah. Pada hari kedua, para tetangga keluar dari rumah, dan begitu menengadahkan kepalanya, terlihatlah wanita yang malang itu. Jendela dalam keadaan terbuka, anak perempuan yang berusia dua tahun sedang menjulurkan tangan merangkak ke arah ibu yang tergantung di atas kusen jendela.


Di saat yang demikian, seorang wanita yang bernama Ina tanpa peduli semuanya segera menuju ke atas loteng, menyelamatkan anak itu dan mengadopsinya, dan suaminya dikarenakan membantu orang Yahudi, dihukum mati oleh ayahnya sendiri. Para tetangga tidak ada yang memahami akan dirinya, bahkan tidak ada orang yang setuju anak itu tinggal di lokasi perumahan mereka, anak itu disuruh membawa ke yayasan yatim piatu atau membuangnya. Tapi Ina tidak bersedia, akibatnya sepanjang hari dan malam ada saja orang yang melempar barang-barang kotor ke arah jendela rumah serta mencaci makinya.


Anak yang diadopsinya sendiri juga tidak mengerti akan dirinya, ia sering kali kabur dari rumah, bahkan bersama-sama dengan teman melempar batu ke arah ibunya. Namun, Ina tetap teguh memeluk erat anak itu dalam pelukannya, kata-kata yang paling sering diucapkan adalah: “Begitu cantiknya kamu, kamu adalah si Angel cilik.”


Berangsur-angsur, anak itu sudah tumbuh besar, aksi para tetangga sudah tidak ekstrem lagi, namun, tetap masih ada orang yang memanggilnya “Nazi”, anak yang seusia tidak mau main bersamanya. Belakangan sifat anak itu berubah aneh, acap kali merusak harta benda orang lain sebagai suatu kesenangan. Hingga suatu hari, ia membuat patah tulang rusuk seorang anak, para tetangga membawanya ke yayasan pendidikan yang jaraknya puluhan kilometer tanpa sepengetahuan Ina.


Setengah bulan kemudian, Ina yang nyaris gila menemukan kembali anak itu. Ketika ia muncul lagi para tetangganya sangat marah, dengan erat Ina memeluk anak itu, Ina bergumam: “Anak ini tidak berdosa.” Di saat itulah anak itu mengetahui asal-usul akan dirinya, ia menangis sejadi-jadinya, sangat menyesal sekali. Ina memberitahu kepadanya, kompensasi yang paling baik menghadapi masalah ini ialah dengan sungguh-sungguh membantu semua orang.


Sejak saat itu, ia bertekad supaya negara kuat, dan segala hal yang dilakukan pasti hasilnya sangat baik. Yang paling penting adalah, ia menjadi orang yang sangat memperhatikan orang lain. Hingga ketika ia lulus sekolah menengah, ia menerima hadiah yang paling baik dalam seumur hidupnya: Setiap tetangga mengutus wakilnya untuk menyaksikan upacara kelulusan sekolahnya. “Anak itu adalah saya,” ujar Jackly dengan meneteskan air mata.


Sumber: Tabloid Era Baru, No. 12, Tahun Ke-1