21 Agustus 2008

Tidak Ada Marah, Tidak Ada Musuh

Di kalangan Wushu (qigong bela diri dari Tiongkok), ada pepatah mengatakan, ”Melatih ketrampilan tanpa mengkultivasi energi, pada akhirnya tidak mendapat apa pun.”


Ahli pedang pada masa Tiongkok kuno tidak hanya berlatih ketrampilan bela diri tetapi juga mengkultivasi watak mereka. Keahlian pedang yang paling tinggi seringkali berasal dari kultivasi xinxing (pikiran/sifat dasar/etik/moral), makin tinggi xinxing seseorang, kemampuan supernormal yang terbentuk akan makin banyak. Karena kultivasi xinxing lebih sulit dicapai daripada membentuk ketrampilan pedang, seseorang dengan pikiran yang sesat atau tidak stabil, tidak hanya tidak mampu mengembangkan kemampuan supernormal. Juga dimungkinkan ia membentuk masalah psikologis, yang termanifestasi pada ketidakmampuan mengontrol emosinya, sehingga tidak mungkin baginya untuk memenangkan pertempuran.


Ada seorang ahli pedang terkenal dari Inggris beberapa abad yang lalu. Ia telah bertarung dengan musuhnya selama lebih dari 30 tahun tetapi pertarungan mereka selalu berakhir seri. Suatu hari musuhnya tiba-tiba jatuh dari kuda. Ahli pedang ini mengambil kesempatan untuk mengangkangi musuhnya dan saat itu ia dapat saja menghabisi musuhnya dengan mudah. Di luar dugaan, musuhnya meludahi mukanya. Ahli pedang ini terperanjat dan memberi tahu musuhnya, ”Anda bangun. Kita dapat bertarung besok!” Musuhnya tertegun, ia tidak mengerti mengapa orang Inggris ini berlaku demikian gentlemen.


Orang Inggris ini berkata, ”Saya telah mengkultivasi diriku selama lebih dari 30 tahun dan berhasil mempertahankan kondisi bertempur tanpa perasaan marah di dalam hati. Maka saya dapat tetap menang tanpa kalah. Tetapi, saat anda meludahi saya, pikiran saya menjadi marah. Jika saya membunuhmu, saya tidak akan dapat lagi merasa menang. Maka saya harap dapat menyesuaikan lagi mental saya dan memulainya lagi besok.”


Kenyataanya, pertarungan tersebut tidak pernah terjadi lagi. Akhirnya musuhnya minta menjadi muridnya dan ketrampilan pedang orang Inggris ini menjadi lebih hebat setelah ia dapat menyingkirkan emosinya. Pikiran yang lurus dan tenang menyingkirkan musuh-musuhnya dan memastikan kemenangan dalam setiap pertarungan, dalam berbagai kondisi.


Kenyataanya, bukankah ini prinsip yang universal untuk semua orang? Ketika seseorang dalam kemarahanan yang hebat, pikiran yang terganggu ini akan muncul dalam bentuk ledakan atau tabiat gila-gilaan dan membuatnya kehilangan akal sehatnya yang mana akan meredam kebijaksanaan dan kemampuannya. Hasil yang sangat tidak diharapkan akan terjadi.


Hanya dengan budi luhur, pikiran yang tenang dan terkendali yang mampu untuk menunjukkan kebijaksanaan seseorang. Menampakan kemarahan yang berlebihan hanya memperlihatkan tanda mental yang tidak seimbang dan ketidakmampuan. Jika seseorang dapat sepenuhnya menghilangkan kemarahan dalam pikirannya maka orang tersebut sungguh luar biasa.


Artikel: Guan Ming, www.zhengjian.org