Apa yang paling berharga dalam kehidupan manusia. Yang dikatakan Yuguo adalah benar; suatu kebaikan. “Kebaikan adalah mutiara langka dalam sejarah, orang yang baik hampir lebih baik dari orang yang mulia.” Orang yang baik selalu menyebarkan sinar matahari dan embun, mengobati luka hati dan jiwa manusia. Berinteraksi dengan orang yang berhati baik, kearifan akan mendapatkan inspirasi, jiwa menjadi bermoral tinggi dan lebih berhati lapang.
Sewaktu saya masih sekolah di SLTP, beruntung mempunyai seorang guru yang berhati baik. Pada “zaman kediktatoran” saat itu, saya yang masih berusia 14 tahun, sangat takut akan satu hal, yaitu “mengisi formulir.” Terhadap kolom “asal usul keluarga,” saya selalu merasa ketakutan dan malu, menundukkan kepala seperti orang yang kedapatan berbuat salah, dua huruf “youpai (golongan kanan)” ditulis sekecil semut. Pada suatu saat, teman sebangku dengan sengaja berteriak keras: “Mengapa pada kolom ini tulisannya begini kecil.” Guru datang mendekat, diambil dan dilihatnya formulirku, berkata dengan tenang, “Tulisanmu sangat rapi, jangan hiraukan dia.” Saya duduk, sambil menghapus air mata terharu, dalam hati berkata: “Guru sangat baik.”
Sebenarnya pada masa itu, kekejian dalam “perang kelas sosial” sudah menjadi kebiasaan layaknya udara yang mengalir. Kebaikan di dalam kehidupan manusia sudah hampir lenyap, apa yang disebut sahabat, cinta kasih, semuanya sudah terguling diterjang ombak ganas. Di masa remaja, saya juga pernah membenci ayah saya tanpa alasan yang jelas. Demi untuk naik kelas, di bawah godaan “mengutamakan penampilan” menulis secarik
Sekejap saja tiga puluh tahun telah berlalu, kini setiap kali saya mendekati ayah saya yang menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi, mendengarkan ajarannya, merasakan cinta kasih dari ayah, saya teringat pada guru yang baik hati itu, adalah karena kebaikan hati yang beliau miliki, maka jiwa saya pun terselamatkan, kebaikan hati adalah mataharinya semangat dunia!
Sumber: Tabloid Era Baru, No. 4 Tahun Ke-1