02 Maret 2009

Siapa yang Melukis Ini?

Di Spanyol ada seorang pelukis termashyur bernama Bartolomé Esteban Murillo (tahun 1618 – 1682). Dia seringkali mendapati di atas kain kanvas muridnya, selalu ada sketsa yang masih belum selesai. Gambarannya sangat serasi, sentuhannya amat kaya dan berbakat. Namun sketsa-sketsa tersebut biasanya ditinggalkan pada tengah malam, sementara tidak tahu siapakah yang membuatnya.


Pada suatu pagi, murid-murid Murillo berdatangan ke studio lukis, mereka berkerumun di depan sebuah tiang penyangga lukisan, dengan perasaan yang tak tertahankan mereka mengeluarkan pujian. Di atas kain kanvas terlukis sebuah lukisan, bagian kepala Bunda Maria yang masih belum selesai, goresan garis yang sangat indah, konturnya sangat jelas, gaya goresannya sangat luar biasa.


Setelah melihat sketsa itu, Murillo merasa takjub. Satu persatu murid-muridnya ditanyai, ingin tahu siapa sebenarnya sang pelaku, tetapi semua muridnya dengan menyesal menggelengkan kepala. Murillo mengeluh seraya memuji, ”Orang yang meninggalkan lukisan ini suatu hari kelak bakal menjadi guru besar bagi kita semua.”


Kemudian dia menoleh dan bertanya kepada budak muda yang sedang bergemetaran berdiri di sampingnya, ”Sebastian, siapa yang tinggal di sini pada malam hari?” “Tuan, tidak ada orang lain... kecuali saya.”


“Kalau begitu baik, malam ini kamu harus ekstra perhatian, jika orang misterius ini datang lagi berkunjung dan kamu tidak memberitahukan saya, maka besok kamu akan saya hukum 30 cambukan.” Sebastian membungkukkan badan perlahan, kemudian mundur dengan patuh dan hormat.


Malam hari itu, Sebastian menggelar kasur di depan tiang penyangga lukisan dan tidur dengan nyenyak. Keesokan subuh ketika lonceng berbunyi tiga kali, tiba-tiba dia melompat bangun dari kasur, dan berkata pada diri sendiri, ”Tiga jam ini untuk saya, sisanya semua milik guru pembimbing saya.”


Dia memegang kuas lukis dan duduk di depan tiang penyangga lukisannya, siap untuk menghapus karya yang dia buat semalam. Tangan Sebastian memegang kuas, ketika kuasnya akan menyentuh lukisan itu….mendadak diam terpaku. Dia berseru, ”Tidak! Saya tidak bisa! Mutlak tidak akan saya hapus, biarkan saya menyelesaikan lukisan ini!”


Kemudian dalam sekejap dia telah memasuki alam lukisannya, membubuhi sketsanya dengan warna, sebentar-sebentar dia menambahkan beberapa goresan, lalu dipadukan dengan warna yang serasi dan lembut. Tidak terasa waktu 3 jam telah berlalu, ada suara ringan telah mengusik Sebastian, ketika dia mengangkat kepalanya untuk melihat, Murillo dan para muridnya diam-diam berdiri di sekelilingnya! Cahaya fajar menembus jendela masuk ke dalam ruangan, api lilin masih menyala.


Hari sudah terang, Sebastian masih tetap adalah seorang budak. Pandangan dari semua orang tertuju pada Sebastian, menampakkan ekspresi yang hangat. Dengan sorot mata yang terlihat sedih, Sebastian menatap ke bawah, menundukkan kepala.


Murillo bertanya kepadanya, ”Sebastian siapakah guru pembimbingmu?”

“Adalah Anda, Tuan”

“Yang saya tanyakan adalah siapa guru pembimbing melukismu.”

“Adalah Anda, Tuan.”

“Tetapi saya tidak pernah sekalipun mengajarimu.”

“Betul, tetapi di saat Anda sedang mengajar, saya selalu mendengarkannya.”

“Oh, saya mengerti sekarang, hasil karyamu itu sangat luar biasa!”


Murillo membalikkan badan dan bertanya kepada para muridnya, ”Dia ini seharusnya menerima hukuman atau mendapatkan hadiah?”

“Hadiah, Guru,” para murid itu menjawab dengan cepat.

“Lalu hadiah apakah yang pantas diberikan kepadanya?”


Ada yang mengusulkan memberi satu stel pakaian, ada yang bilang berikan sejumlah uang, kesemuanya ini tak ada satupun yang bisa menggerakkan hati Sebastian. Kemudian ada seorang murid berkata, ”Hari ini hati guru sedang gembira, Sebastian mohonlah untuk kebebasanmu.”


Sebastian mengangkat wajahnya memandang Murillo, ”Tuan, mohon Anda sudi membebaskan ayahku.”


Mendengar perkataan ini, Murillo sangat terharu, dengan perasaan kasih yang mendalam, dia berkata, ”Goresan lukisanmu menunjukkan bakatmu yang luar biasa. Permohonanmu menandakan dirimu memiliki hati yang baik. Mulai sekarang kamu bukan lagi seorang budak dan saya akan mengangkatmu menjadi anak saya…bolehkah? Oh, betapa beruntungnya dirimu Murillo, diluar dugaan telah mendidik seorang pelukis yang luar biasa!”


Hingga saat ini, di antara lukisan-lukisan ternama yang tersimpan di Italia, kita masih bisa menyaksikan banyak sekali karya-karya indah yang digoreskan oleh Murillo dan Sebastian.


Sumber: www.theepochtimes.com